Isrā’ dan Mi’rāj 05

PENATA RAMBUT PUTRI FIR’AUN

Nabi saw., kemudian, mencium aroma wangi. Beliau bertanya, “Wahai Jibrīl, aroma apakah ini?” Jibrīl menjawab, “Ini adalah aroma seorang wanita penata rambut putri Fir’aun dan anak-anaknya.”

Ketika wanita penata rambut itu sedang menata rambut putri Fir’aun, jatuhlah, tiba-tiba, sisirnya. Ia pun berseru, “Bismillāh, binasalah Fir’aun!”

Sang putri Fir’aun bertanya, “Apakah engkau memiliki tuhan pemelihara selain ayahku?” Wanita itu menjawab, “Ya!” Sang putri pun berkata, “Kulaporkan sajakah hal itu kepada ayahku?” Wanita itu menjawab, “Silahkan!”

Maka, sang putri Fir’aun melaporkan hal itu kepada ayahnya. Fir’aun, kemudian, memanggil wanita penata rambut itu, lalu bertanya, “Apakah engkau memiliki tuhan pemelihara selain aku?” Wanita itu menjawab, “Tuhan Pemeliharaku dan Tuhan Pemeliharamu adalah Allah!”

Wanita penata rambut itu memiliki dua orang anak (ditambah seorang bayi yang masih menyusui) dan seorang suami (yang bekerja sebagai pengawal).

Fir’aun mengirim (sejumlah pengawal lain) kepada mereka (untuk menangkap). Fir’aun, kemudian, membujuk wanita penata rambut itu dan suaminya agar meninggalkan agama mereka. Namun, keduanya menolak.

Fir’aun pun berkata, “Sungguh! Akan kubunuh kalian berdua!” Wanita penata rambut itu menjawab, “Itu lebih baik untuk kami. Jika engkau telah membunuh kami, satukanlah kami dalam satu makam sehingga engkau dapat menguburkan kami semua, bersama-sama, di dalamnya.” Fir’aun berkata, “Akan kami penuhi itu untukmu (sebagai balasan) atas segala pengabdianmu kepada kami.”

Maka, Fir’aun memerintahkan (disiapkannya) sebuah belanga besar berbahan tembaga. Lalu, dididihkanlah (minyak di dalamnya).

Fir’aun, kemudian, memerintahkan agar wanita penata rambut itu dan anak-anaknya (juga suaminya) menceburkan diri ke dalam belanga itu. Maka, mereka pun menceburkan diri (ke dalam belanga itu), seorang demi seorang, hingga tibalah (giliran) anak terkecil dari mereka (yaitu bayi berusia tujuh bulan) yang masih menyusu.

Sang bayi berkata, “Oh, ibu, lompatlah engkau (ke dalam belanga itu) dan jangan meragu karena engkau, sungguh, berada dalam kebenaran.”

Maka, menceburkan dirilah wanita penata rambut itu (ke dalam belanga, menyusul) semua anaknya (juga suaminya).

Ada empat (bayi yang mampu berbicara dan berkata-kata secara menakjubkan saat) dalam pangkuan, padahal mereka masih kecil, yaitu: (bayi wanita penata rambut putri Fir’aun) ini, (bayi yang menjadi) saksi (dalam kasus Nabi) Yūsuf, (bayi yang menjadi) penolong Juraij (seorang pemuda saleh di masa Nabi ‘Īsā), dan (bayi bernama) Īsā Ibn Maryam.

(Bersambung ke Bagian 06)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: https://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/23/dardir-05/

Isrā’ dan Mi’rāj 04

JIN ‘IFRĪT

Saat Nabi saw. melaju di atas Burāq, beliau melihat, tiba-tiba, jin ‘Ifrīt mengejar beliau, seraya membawa seobor api. Setiap kali menoleh (ke belakang), beliau melihatnya.

Jibrīl berkata: “Tidakkah kuajarkan saja kepadamu beberapa kalimat yang dapat engkau ucapkan? Jika engkau mengucapkannya, niscaya padamlah obor ‘Ifrīth itu dan jatuh tersungkurlah dia.” Rasulullah saw. menjawab: “Ya!”. Jibrīl pun berkata: “Ucapkanlah olehmu:

أَعُوْذُ بِوَجْهِ اللهِ الْكَرِيْمِ وَبِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ، الَّتِي لاَيُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَفَاجِرٌ، مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَآءِ، وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيْهَا، وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فىِ الْأَرْضِ وَمِن شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِلاَّ طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ، يَارَحْمَنُ.

“Aku berlindung kepada Kemahakuasaan Allah Yang Maha Mulia dan kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna, yang tidak ada seorang pelaku kebajikan atau seorang pelaku keburukan pun dapat melampauinya, dari suatu keburukan yang turun dari langit maupun suatu keburukan yang naik ke sana, dari suatu keburukan yang ada di atas bumi maupun suatu keburukan yang muncul dari (dalam perut)nya, dari bencana-bencana malam maupun siang, dan dari segala yang mengetuk dan datang pada malam maupun siang, kecuali suatu pengetuk kebajikan. Wahai (Allah) Sang Pemberi Kasih.”

Maka, ‘Ifrīt pun jatuh tersungkur dan padamlah obornya.

Mereka (yaitu Jibrīl, Nabi saw., dan Mīkāīl) terus melaju hingga bertemu dengan sekelompok orang yang sedang bercocok tanam dalam sehari, lalu memanen (hasilnya) dalam sehari pula. Setiap kali mereka selesai memanen, berulanglah apa yang sudah terjadi (sebelumnya).

Nabi saw. bertanya: “Wahai Jibrīl, apakah (yang kusaksikan) ini?” Jibrīl menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah Yang Maha Tinggi. Kebaikan untuk mereka dilipatgandakan sebanyak tujuh ratus kali. Apapun yang mereka nafkahkan (di jalan Allah), maka Dia langsung menggantinya.”

(Bersambung ke Bagian 05)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/23/dardir-04/


 

Isrā’ dan Mi’rāj 03

ISRĀ’

Bertolaklah Jibrīl, (Mīkāīl, dan Nabi saw.) dengan Burāq. Jibrīl (berada) di sebelah kanan hewan itu dan Mīkāīl di sebelah kirinya. Menurut Ibn Sa’ad, Jibrīl menjadi pengarah Burāq dan Mīkāīl (menjadi pemegang) tali kekangnya.

Mereka melaju hingga tiba di sehampar tanah (subur) yang ditumbuhi (pohon) kurma. Jibrīl berkata kepada Nabi saw.: “Turunlah engkau dan shalatlah (dua rakaat) di sini.” Beliau melaksanakan (perintah) itu, lalu naik (kembali ke atas Burāq). Jibrīl bertanya: “Tahukah engkau di mana tadi engkau melaksanakan shalat?,” Beliau menjawab: “Tidak.” Jibrīl berkata: “Engkau melaksanakan shalat di Thaybah (al-Madīnah al-Munawwarah). Ke kota itulah hijrah (akan terjadi).”

Burāq bertolak, melesat bersama Nabi saw., menjejakkan telapaknya ke sudut (terjauh) yang mampu dicapai pandangannya. Lalu, Jibrīl berkata: “Turunlah engkau dan shalatlah (dua rakaat) di sini.” Beliau melaksanakan (perintah itu), lalu naik (kembali ke atas Burāq). Jibrīl bertanya: “Tahukah engkau di mana tadi engkau melaksanakan shalat?,” Beliau menjawab: “Tidak.” Jibrīl berkata: “Engkau melaksanakan shalat di Madyan (suatu desa di Syām), di dekat pohon (yang menjadi tempat peristirahatan) Mūsā (setelah ia meninggalkan Mesir karena menghindari kejaran Fir’aun).”

Burāq bertolak kembali, melesat bersama Nabi saw. Kemudian, Jibrīl berkata: “Turunlah engkau dan shalatlah kembali (dua rakaat).” Beliau melaksanakan (perintah itu), lalu naik (kembali ke atas Burāq). Jibrīl bertanya: “Tahukah engkau di mana tadi engkau melaksanakan shalat?,” Beliau menjawab: “Tidak.” Jibrīl berkata: “Engkau melaksanakan shalat di Bukit Sinai (Syām), tempat di mana Allah berbicara kepada Mūsā.”

Kemudian, sampailah Nabi saw. di sebuah daerah. Tampak, di hadapan beliau, gedung-gedung megah negeri Syām. Jibrīl berkata: “Turunlah engkau dan shalatlah kembali (dua rakaat).” Beliau melaksanakan (perintah itu), lalu naik (kembali ke atas Burāq).

Burāq itu bertolak (kembali), melesat bersama Nabi saw. Lalu, Jibrīl bertanya: “Tahukah engkau di mana tadi engkau melaksanakan shalat?,” Beliau menjawab: “Tidak.” Jibrīl berkata: “Engkau melaksanakan shalat di Bayt al-Lahm (Betlehem), tempat di mana ‘Īsā Ibn Maryam dilahirkan.”

(Bersambung ke Bagian 04)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/23/dardir-03/

Isrā’ dan Mi’rāj 02

BURĀQ

Jibrīl, kemudian, menghadirkan seekor Burāq yang berpelana (terbuat dari mutiara) dan bertali kekang (terbuat dari batu yāqūt merah. Di antara kedua mata Burāq itu, terdapat dua baris tulisan: baris pertama “Lā Ilā Illallāh,” dan baris kedua “Muhammad Rasūlullāh”).

Burāq adalah hewan berwarna putih, (bukan jantan, bukan pula betina, dikirim Allah dari surga, dan, karena itu, ia adalah hewan dari alam ghaib). Tingginya melebihi keledai, namun lebih rendah dari baghal (yaitu hewan hasil persilangan kuda-keledai).

Burāq selalu menjejakkan telapak (kedua kaki depan dan belakang)nya di ujung terjauh pandangan mata dan selalu mengibas-ngibaskan kedua telinga (sebagai isyarat besarnya kekuatan sang hewan).

Jika Burāq mendaki sebuah gunung, kedua kaki belakangnya meninggi. Namun, jika ia menuruninya, kedua kaki depannyalah yang meninggi.

Burāq pun memiliki dua sayap (yang sifatnya sama sekali berbeda dengan sayap pada burung di alam dunia) di kedua pahanya (yang juga berbeda sifatnya dengan paha yang dimiliki oleh hewan berkaki empat di alam dunia). Dengan kedua sayap itu, (semakin) bertambahlah (kekuatan) kedua kaki belakangnya.

Sang Burāq menatap marah (dan memberontak saat ia dibawa) ke hadapan Nabi saw. Jibrīl meletakkan tangannya di muka hewan itu, lalu berkata: “Tidakkah engkau malu, wahai Burāq? Demi Allah, tidak akan ada seorangpun makhluk paling mulia di hadapan Allah yang akan menunggangimu selain dirinya (Muhammad saw.)!”

Sang Burāq pun malu, sampai-sampai, keringatnya mengucur-deras. Maka, ia pun menjadi tenang sehingga Nabi saw. dapat menaikinya.

Para nabi terdahulu pernah menaiki Burāq. Sa’īd Ibn al-Musayyab (salah seorang tokoh dari generasi tābi’īn) dan sejumlah orang lainnya menuturkan: “Ia adalah hewan Ibrāhīm as. Dengan mengendarai Burāq, Ibrāhīm as. (berangkat dari Syām menuju) ke al-Bait al-Haram (untuk menjenguk Ismā’īl as, sang anak, dan Hājar, sang istri, yang ditinggalkannya di sana atas perintah Allah).”

Bertolaklah Jibrīl, (Mīkāīl, dan Nabi saw.) dengan Burāq itu. Jibrīl (berada) di sebelah kanan hewan itu dan Mīkāīl di sebelah kirinya. Menurut Ibn Sa’ad, Jibrīl menjadi pengarah Burāq dan Mīkāīl (menjadi pemegang) tali kekangnya.

(Bersambung ke Bagian Ke-3)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/23/dardir-02/

Isrā’ dan Mi’rāj 01

PENDAHULUAN

 

Bismillāhir rahmānir rahīm.

Saat Nabi Muhammad saw. berada di Hijir (Isma’īl), Baitullāh, berbaring-miring di antara dua pria, (yaitu Hamzah, pamannya, dan Ja’far Ibn Abī Thālib, anak pamannya), datanglah, tiba-tiba, Jibrīl dan Mīkāīl. Bersama kedua malaikat itu, turut seorang malaikat lain (yaitu Isrāfil, yang diiringi juga oleh sejumlah malaikat lainnya).

Para malaikat itu membopong Nabi saw. (secara diam-diam dan tanpa sepengetahuan Hamzah dan Ja’far) ke sumur Zamzam, lalu . Mereka merebahkan beliau dalam posisi telentang. Jibrīl, selanjutnya, memimpin (urusan berikutnya) atas diri beliau (dari para malaikat lain).

Dalam satu riwayat lain, (diterangkan bahwa Nabi saw. bersabda:) “Tersibaklah (di malam itu) atap rumahku (yaitu rumah Ummu Hānī Binti Abī Thālib, yang memiliki nama asli Fākhitah, ‘Ātikah, atau Hindun), lalu turunlah Jibrīl”.

Jibril membedah dada Nabi saw. (dengan serangkaian cara yang menakjubkan, yang hanya mungkin terjadi karena mukjizat dari Allah, tidak menimbulkan rasa sakit sedikit pun, dan berlangsung sangat cepat, serta, menurut riwayat yang paling shahih, tidak menggunakan suatu alat apapun) dari mulai bagian atas hingga ke bagian terbawah perut (atau, menurut sejumlah riwayat, hingga ke bagian pusar).

Jibrīl, kemudian, berkata kepada Mīkāīl: “Bawakanlah kepadaku satu bejana air Zamzam agar dapat kusucikan hatinya dan kulapangkan dadanya!”.

Maka, Jibril pun mengeluarkan hati Nabi saw., mencucinya sebanyak tiga kali, lalu membuang gumpalan darah hitam darinya (yang menjadi tempat persemayaman syetan). Sementara itu, Mīkāīl hilir mudik, membawakan kepadanya tiga bejana air Zamzam.

Míkāīl, kemudian, membawa sebuah bejana emas yang telah dipenuhi oleh “hikmah” (kebijaksanaan) dan “iman” (keimanan). Jibrīl menuangkan keduanya ke dalam dada Nabi saw., lalu memenuhkannya dengan “hilm” (kesabaran), “‘ilm” (pengetahuan), “yaqīn” (keyakinan), dan “islam” (keislaman).

Jibrīl, kemudian, menutup kembali dada Nabi saw., lalu mencap (bagian tubuh) di antara kedua bahu beliau dengan cap (penanda telah berakhirnya) kenabian.

(Bersambung ke Bagian Ke-2)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/23/ngaji-isra-dan-miraj-01/


 

DAGRASI Season 3


Hadirilah dan ikutilah,

Daarul Uluum Galang Kreasi Seni Islami 

(DAGRASI)

Season 3 Tahun 2020


  1. Ketentuan Umum Lomba:
    1. Peserta merupakan siswa aktif SMP/MTs, MA/SMA/Sederajat, pondok pesantren di Jabodetabek.
    2. Peserta mengikuti /menghadiri technical meeting pada:
      • Hari/Tanggal: Jumat, 6 Maret 2020
      • Waktu : 13.30 – Selesai
      • Tempat : Pesantren Daarul Uluum, Kampus 1 Bantarkemang, Kota Bogor
    3. Melakukan pendaftaran ulang pada saat hari perlombaan.
    4. Mengikuti technical meeting dan melakukan pembayaran administrasi lomba.
    5. Peserta yang tidak mengikuti technical meeting dianggap menyetujui dengan segala macam ketentuan perlombaan.
    6. Masing – masing perlombaaan akan ditentukan juara pertama, juara kedua, juara ketiga, dan juara umum yayasan.
    7. Peserta wajib mengikuti opening ceremony minimal 5 orang perwakilan bagi perlombaan yang berbentuk tim.
    8. Peserta yang tidak hadir setelah dilakukan pemanggilan 3 kali, maka nomor urut peserta akan menjadi peserta terakhir dan akan dikurangi nilai.
    9. Seluruh peserta diwajibkan menjaga sopan santun dan menggunakan pakaian sopan atau menutup aurat serta menjaga kebersihan dan ketertiban.
    10. Pembayaran terakhir dapat dilakukan saat technical meeting.
    11. Peserta diharapkan menjunjung tinggi nilai sportifitas dalam setiap perlombaan. Apabila ditemukan kecurangan akan dilakukan pengurangan nilai atau didiskualifikasi oleh pihak panitia penyelenggara.
    12. Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak bisa diganggu gugat.
  2. Pendaftaran
    1. Peserta bisa datang ke Sekretariat Daarul Uluum Galang Kreasi Seni Islami (DAGRASI) Season 3 di Pesantren Daarul Uluum Kampus 1 (Jalan Durian Raya Nomor 219/76 Bantarkemang, Kota Bogor Timur 16143, Jawa Barat, Indonesia). Atau menghubungi nomor telepon yang telah tersedia. 
    2. Biaya Pendaftaran:
      • Marawis Rp. 150.000,- / tim;
      • Qosidah Rp. 150.000,- / tim;
      • Hadroh Rp. 150.000,- / tim
      • Pidato 3 Bahasa (Indonesia, Arab & Inggris) Rp. 80.000,- / orang;
      • Kaligrafi Rp. 80.000,- / 0rang;
      • Futsal Rp. 250.000,- / tim; dan
      • Pramuka (Penggalang) Rp. 450.000,- / regu.
    3. Untuk pembayaran “On the Spot.”
  3. Tingkat Lomba
    1. Marawis (Umum);
    2. Hadroh (Umum);
    3. Qosidah (Umum);
    4. Kaligrafi (SMP/MTs, SMA/MA atau sederajat);
    5. Pidato 3 Bahasa (SMP/MTs, SMA/MA atau sederajat); dab
    6. Futsal ( Se-pondok Pesantren).
  4. Ketentuan Khusus Masing-Masing Lomba
    1. Lomba Cabang Seni dan Olah Raga:
    2. Lomba Cabang Pramuka:

Tertarik Mengikuti lomba di DAGRASI Season 3?

Unduh formulinya di sini:


Silahkan bertanya untuk informasi lebih lanjut seputar

DAGRASI Season 3.

Atau



Akhlāq dalam Kitab Ihyā ‘Uūmiddīn

LATIHAN JIWA,
PEMBERSIHAN AKHLĀQ, DAN PENGOBATAN PENYAKIT-PENYAKIT HATI

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah yang telah mendistribusikan berbagai urusan dengan pengaturan-Nya, menyeimbangkan susunan (unsur-unsur pembangun) ciptaan ini dan menjadikan baik tampilannya, menghiasi tampilan manusia dengan pembentukan dan penetapan kadar yang baik, mencegah manusia itu dari kelebihan dan kekurangan pada bentuk dan ukurannya, menguasakan pembaikan akhlāq kepada usaha sungguh-sungguh (ijtihād) seorang hamba dan penyegeraannya, mendorong hamba itu ke pembersihan akhlāq dengan penyampaikan berita menakutkan dan peringatan dari-Nya, memudahkan upaya hamba-hamba-Nya dalam pembersihan akhlāq itu dengan taufik dan kelapangan dari-Nya, dan mengaruniakan kepada mereka kemudahan atas kesulitan dan kesempitannya.

Shalawat dan salam terlimpah kepada Muhammad, hamba Allah, juga nabi-Nya, insan yang mengasihi dan dikasihi (habīb)-Nya, insan pilihan-Nya, penyampai kabar menggembirakan dari-Nya, penyampai kabar menakutkan dari-Nya, yang senantiasa memancarkan cahaya-cahaya kenabian di antara rahasia-rahasia-Nya, dan yang yang selalu menegakkan kemuliaan hakikat kebenaran dari dasar dan permulaannya, juga kepada keluarganya dan sahabatnya yang telah menyucikan wajah Islam dari kegelapan kekafiran dan pelayan-pelayannya dan membakar material batil sehingga mereka tidak tercemar olehnya, sedikit ataupun banyak.

Ammā ba’d…

Maka, khuluq (yaitu bentuk tunggal dari akhlāq) yang baik adalah sifat sang junjungan para rasul (yaitu Nabi Muhammad saw.) dan amal paling utama orang-orang shiddīq (lurus, tulus, jujur, benar). Khuluq yang baik, tegasnya, adalah separuh dari agama serta buah dari pencurahan segala kemampuan diri (mujāhadah) orang-orang bertakwa dan latihan (riyādhah) para penghamba.


Diterjemahkan oleh Iqbal Harafa dari kitab Ihyā ‘Uūmiddīn karya Hujjatul Islām al-Imām al-Ghazālī.

MAJLIS KUBAH LANGIT
PESANTREN DAARUL ULUUM
BOGOR


Saksikan vidio kajian lengkapnya di YouTube Channel kami berikut ini:

 

Pelatihan Kader Da’i (Muhādharah)

Kegiatan muhādharah (pelatihan kader dai’), telah berhasil memupuk kemampuan para santri untuk menjadi muballigh dan muballighah. Namun selain daripada itu, kegiatan tersebut betujuan lebih laus lagi, yaitu menanamkan pribadi-pribadi yang tekun menyampaikan hal-hal baik ke sebanyak mungkin orang dengan cara yang baik. Tablīgh, penyampai hal baik, dengan cara yang tepat, kepada orang yang tepat, dan dalam situasi maupun kondisi yang tepat.

Kegiatan muhādharah rutin diselanggarakan setiap hari Rabu dan Kamis malam tersebut, merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler di Pesantren Daarul Uluum, dan wajib diikuti oleh para santri. Bahkan, setelah beberapa tahun mengikuti kegiatan yang diselenggarakan dengan bobot 3 bahasa tersebut (Indonesia, Arab dan Inggris), Pesantren menyatakan santri layak dinyatakan sebagai lulusan apabila telah berhasil melalui ujian da’i (khitābah).

Dengan penyelenggaraan kegiatan tersebut, semoga dapat mewujudkan salah satu Tujuan dari Misi Pesantren Daarul Uluum, yaitu, Membentuk pribadi-pribadi berakhlak mulia, yaitu pribadi-pribadi berkarakter shiddīq, amānah, tablīgh, dan fathānah.

 


Daarul Uluum Media Center (DUMC)

Kampus 1 Bantarkemang, Kota Bogor

Ujian Praktik Mengajar (Amaliyyah Tadrīs)

Setelah mengikuti beberapa hari sesi pelatihan dalam rangka persiapan, 40 santri tingkat akhir yang duduk di kelas 6 dan 3 PK (kelas XII), siap mengikuti ujian praktik mengajar di jam pembelajaran formal. Siswa-siswi di sekolah lainnya, yang setingkat dengan mereka, santri tingkat akhir, harus fokus mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN) di akhir tahun pelajaran. Namun, ke 40 santri tingkat akhir tersebut harus mampu melewati 12 mata ujian sekaligus, termasuk Ujian Nasional (UN). dan ujian praktik mengajar yang akan diselenggarakan selama 4 hari tersebut.

Masing-masing peserta ujian akan mengajar mata pelajaran yang telah ditentukan oleh Panitia Ujian Kelas Akhir. Dalam hal ini, akan dibagi menjadi 3 kelompok; kelompok pertama yaitu para pengampu mata pelajaran bahasa Inggris, kelompok kedua yaitu para pengampu mata pelajaran rumpun dirāsah islāmiyyah dan bahasa Arab, dan kelompok ketiga yaitu para pengampu mata pelajaran eksakta.

Para calon lulusan pesantren yang duduk di tingkat akhir, harus terlebih memiliki beberapa skil yang telah ditetapkan pesantren, salah satunya adalah skil mengajar. Walaupun kelak, para lulusan pesantren tidak seluruhnya akan menjadi guru, namun, kemampuan menyampaikan suatu kebaikan berupa materi wawasan, ataupun pengetahun dengan cara, metode, dan pada situasi yang harus tetap dimiliki. Itulah pada hakikatnya tujuan dari ujian praktik mengajar, yang wajib dijalani oleh para santri tingkat akhir.” Tutur Ustadz Fauzi Ba’at, saat membuka pelaksanaan ujian tersebut.


Daarul Uluum Media Center (DUMC)

Kampus 1 Bantarkemang, Kota Bogor

Pelepasan Anggota Pramuka Calon Penegak Bantara

62 santri berbaris rapih di lapangan pesantren pagi tadi tepat pukul 07.00 wib. Para santri yang tergabung dalam Keanggotaan Pramuka Calon Penegak Bantara tersebut, siap mengikuti apel pelepasan untuk menuju tempat diseleggarakannya Kegiatan Pelantikan Pramuka Calon Penegak Bantara.

Kegiatan yang akan diselenggarakan di Bumi Perkemahan Sukamantri Bogor, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGH) tersebut, akan berlangsung selama 2 hari, sebagai wadah apilikasi para anggota Pramuka Calon Penegak atas padatnya pelatihan-pelatihan kecakapan pramuka yang telah mereka ikuti hampir selama 2 bulan penuh sebelum kegiatan ini diselenggarakan.

“Perkiraan rombongan keberangkatan sampai nanti tiba di tempat tujuan akan menempuh perjalan selama kurang lebih 2 jam. Sejenak beristirahat melepas lelah selama perjalanan, setelah itu, bergegas para peserta kegiatan harus mendirikan tenda, karena selanjutnya, jadwal kegiatan di lokasi akan sangat padat. Semoga semuanya berjalan dengan lancar, sampai tibanya kami kembali di pesantren hari Selasa sore mendatang. ” Ujar Ustadz Rudiansyah, salah satu Pembina Kepramukaan di Pesantren Daarul Uluum, sesaat sebelum keberangkatan.

 


Daarul Uluum Media Center (DUMC)

Kampus 2 Nagrak, Kabupaten Bogor