PENATA RAMBUT PUTRI FIR’AUN
Nabi saw., kemudian, mencium aroma wangi. Beliau bertanya, “Wahai Jibrīl, aroma apakah ini?” Jibrīl menjawab, “Ini adalah aroma seorang wanita penata rambut putri Fir’aun dan anak-anaknya.”
Ketika wanita penata rambut itu sedang menata rambut putri Fir’aun, jatuhlah, tiba-tiba, sisirnya. Ia pun berseru, “Bismillāh, binasalah Fir’aun!”
Sang putri Fir’aun bertanya, “Apakah engkau memiliki tuhan pemelihara selain ayahku?” Wanita itu menjawab, “Ya!” Sang putri pun berkata, “Kulaporkan sajakah hal itu kepada ayahku?” Wanita itu menjawab, “Silahkan!”
Maka, sang putri Fir’aun melaporkan hal itu kepada ayahnya. Fir’aun, kemudian, memanggil wanita penata rambut itu, lalu bertanya, “Apakah engkau memiliki tuhan pemelihara selain aku?” Wanita itu menjawab, “Tuhan Pemeliharaku dan Tuhan Pemeliharamu adalah Allah!”
Wanita penata rambut itu memiliki dua orang anak (ditambah seorang bayi yang masih menyusui) dan seorang suami (yang bekerja sebagai pengawal).
Fir’aun mengirim (sejumlah pengawal lain) kepada mereka (untuk menangkap). Fir’aun, kemudian, membujuk wanita penata rambut itu dan suaminya agar meninggalkan agama mereka. Namun, keduanya menolak.
Fir’aun pun berkata, “Sungguh! Akan kubunuh kalian berdua!” Wanita penata rambut itu menjawab, “Itu lebih baik untuk kami. Jika engkau telah membunuh kami, satukanlah kami dalam satu makam sehingga engkau dapat menguburkan kami semua, bersama-sama, di dalamnya.” Fir’aun berkata, “Akan kami penuhi itu untukmu (sebagai balasan) atas segala pengabdianmu kepada kami.”
Maka, Fir’aun memerintahkan (disiapkannya) sebuah belanga besar berbahan tembaga. Lalu, dididihkanlah (minyak di dalamnya).
Fir’aun, kemudian, memerintahkan agar wanita penata rambut itu dan anak-anaknya (juga suaminya) menceburkan diri ke dalam belanga itu. Maka, mereka pun menceburkan diri (ke dalam belanga itu), seorang demi seorang, hingga tibalah (giliran) anak terkecil dari mereka (yaitu bayi berusia tujuh bulan) yang masih menyusu.
Sang bayi berkata, “Oh, ibu, lompatlah engkau (ke dalam belanga itu) dan jangan meragu karena engkau, sungguh, berada dalam kebenaran.”
Maka, menceburkan dirilah wanita penata rambut itu (ke dalam belanga, menyusul) semua anaknya (juga suaminya).
Ada empat (bayi yang mampu berbicara dan berkata-kata secara menakjubkan saat) dalam pangkuan, padahal mereka masih kecil, yaitu: (bayi wanita penata rambut putri Fir’aun) ini, (bayi yang menjadi) saksi (dalam kasus Nabi) Yūsuf, (bayi yang menjadi) penolong Juraij (seorang pemuda saleh di masa Nabi ‘Īsā), dan (bayi bernama) Īsā Ibn Maryam.
(Bersambung ke Bagian 06)
QISHSHAH AL-MI’RĀJ
Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.
RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR
* Sumber Tulisan: https://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/23/dardir-05/