Akhlāq yang buruk adalah lubang-lubang yang membunuh, penghancur-penghancur yang memusnahkan, kehinaan-kehinaan yang buruk, dan kerendahan-kerendahan yang nyata, juga kotoran-kotoran yang dijauhkan dari sisi Allah, Tuhan Pemelihara seluruh alam, yang menjerat pemiliknya ke dalam tali berbagai setan.
Akhlāq yang buruk merupakan pintu-pintu terbuka ke neraka Allah Ta’ālā yang dinyalakan, yang membakar sampai ke hati, sedangkan akhlāq yang baik merupakan pintu-pintu terbuka di dalam hati menuju ke kenikmatan di surga-surga dan ke sisi Allah Pemberi Kasih.
Akhlāq yang buruk merupakan penyakit-penyakit hati dan jiwa. Itu menjadikannya dapat memusnahkan kehidupan abadi. Manakah di antara penyakit jiwa dan hati itu yang tak menghilangkan kecuali kehidupan jasad, meskipun bertambah-tambah petunjuk dokter-dokter yang diiringi penerapan aturan-aturan pengobatan bagi badan? Padahal, tidak ada apapun di balik penyakit-penyakit badan itu selain kemusnahan kehidupan yang fana.
Maka, petunjuk yang diiringi dengan penerapan aturan-aturan pengobatan penyakit-penyakit hati, hal mana di balik penyakit itu ada kemusnahan kehidupan abadi, adalah prioritas utama (untuk dipelajari dan dimengerti).
Kedokteran jenis terakhir ini wajib dipelajari oleh setiap orang yang berakal. Tidak ada satu pun hati yang akan bersih dari berbagai penyakit jika penyakit-penyakit itu berkembang, bertumpuk, dan saling memperkuat, sehingga penyakit-penyakit itu pun menang.
Seorang hamba membutuhkan ketelitian untuk memahami pengetahuan tentang penyakit-penyakit hati ini dan sebab-sebabnya, lalu menyegerakan pengobatan dan penyembuhannya.
Pengobatan penyakit-penyakit hati itulah yang dimaksud dalam firman Allah swt.: “Sungguh, telah beruntunglah siapa yang menyucikannya (jiwa itu dan mengembangkannya)”, (QS. Asy-Syams, 91:9).
Adapun penumpukan penyakit-penyakit hati, maka itulah yang dimaksud dalam firman Allah swt.: “dan sungguh, merugilah siapa yang memendamnya (yakni menyembunyikan kesucian jiwanya dengan mengikuti nafsu dan godaan setan, atau menghalangi jiwa mencapai kesempurnaan dengan membuat maksiat)”, (QS. Asy-Syams, 91:10).
Bersambung…
—–
Diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa. dari kitab Ihyā ‘Uūmiddīn karya Hujjatul Islām al-Imām al-Ghazālī.
MAJLIS KUBAH LANGIT (MKL), PESANTREN DAARUL ULUUM, BOGOR
*Sumber tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2020/03/07/akhlaq-ii/
—–