LANGIT KETUJUH
Nabi saw., kemudian, naik ke langit ketujuh (yang terbuat dari batu yāqūt berwarna merah). Jibrīl meminta (gerbang ke langit itu) dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat ta’jub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab, “Ya!”
Lalu, terucaplah (kalimat sambutan), “Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara,sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”
Maka, terbukalah (gerbang langit itu) untuk mereka berdua.
Saat Nabi saw. dan Jibrīl tiba, Nabi saw. melihat Ibrāhīm al-Khalīl as. duduk di (luar, di dekat, atau di bagian tengah) gerbang surga, di atas satu singgasana (emas) yang sandarannya merekat ke al-Bait al-Ma’mūr. Bersamanya, ada sekelompok orang dari kaumnya.
Nabi saw. mengucapkan salam kepada Ibrāhīm as. Ia membalas salam itu, lalu berkata, “Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.”
Ibrāhīm as., kemudian, berkata, “Perintahkanlah umatmu agar (menanam dan) memperbanyak tanaman surga. Sungguh, tanahnya subur dan hamparannya luas.” Nabi saw. bertanya, “Apakah tanaman surga itu?” Ia menjawab: “Lā haulā wa lā quwwata illā billāh al- ‘aliyy al-‘azhīm.”
Dalam riwayat lain (diterangkan) bahwa (Ibrāhīm as. berkata), “Sampaikanlah salām dariku kepada umatmu dan kabarilah mereka bahwa surga itu bertanah subur, berair lezat, dan tanamannya adalah (kalimat) “Subhānallāh walhamdu lillāhi wa lā ilāha illallāhu wallāhu akbar.”
Bersama Ibrāhīm as., duduk sekelompok orang berwajah-wajah putih seperti kertas-kertas dan sekelompok orang lain yang pada warna-warna (wajah mereka) terdapat coreng. Orang-orang yang pada warna-warna (wajah mereka) terdapat coreng itu bangkit, berceburan ke sebuah sungai, lalu mandi di dalamnya. Kemudian, mereka keluar (dari sungai itu) dan bersihlah sebagian (coreng) dari warna-warna (wajah mereka).
Mereka, kemudian, berceburan (kembali) ke sebuah sungai (lain), lalu mandi di dalamnya. Kemudian, mereka keluar (dari sungai itu) dan bersihlah sebagian (coreng) dari warna-warna (wajah mereka).
Mereka, kemudian, berceburan (kembali) ke sebuah sungai lain yang ketiga, lalu mandi di dalamnya. Kemudian, mereka keluar (dari sungai itu) dan bersihlah seluruh warna-warna (wajah mereka dari coreng) sehingga (warna-warna wajah mereka itu) menjadi sama dengan warna-warna (wajah) sahabat-sahabat mereka. Merekapun beranjak, lalu bergabung dengan sahabat-sahabat mereka itu.
Nabi saw. bertanya, “Wahai Jibrīl, siapakah mereka yang berwajah-wajah putih itu? Siapakah mereka yang di warna-warna (wajahnya) ada coreng? Dan, sungai-sungai apakah yang ke dalamnya orang-orang itu berceburan, lalu mandi?”
Jibrīl menjawab, “Mereka yang berwajah-wajah putih itu adalah sekelompok orang yang tidak mencemari iman mereka dengan perbuatan dosa. Mereka yang di warna-warna (wajahnya) ada coreng itu adalah sekelompok orang yang melakukan amal saleh, mencemarinya dengan sesuatu (perbuatan dosa), namun mereka bertaubat, lalu Allah menerima taubat mereka.”
Adapun sungai-sungai itu, maka yang pertama adalah rahmat Allah, yang kedua adalah nikmat Allah, dan yang ketiga adalah Tuhan Pemelihara mereka memberi mereka minum dengan minuman yang suci.
Lalu, dikatakanlah (kepada Nabi saw.), “Inilah tempatmu dan tempat umatmu.”
Demikianlah, ada dua (tempat yang disediakan Allah) untuk umat beliau. Satu tempat (untuk orang-orang) yang pada dirinya terkenakan pakaian (berwarna putih sehingga mereka) bagaikan kertas-kertas dan satu tempat (untuk orang-orang) yang pada dirinya terkenakan pakaian (berwarna) abu.
(Bersambung ke Bagian 17)
QISHSHAH AL-MI’RĀJ
Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.
RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR
* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/04/02/dardir-16/