Isrā’ dan Mi’rāj 14

LANGIT KELIMA

Nabi saw., kemudian, naik ke langit kelima (yang terbuat dari emas). Jibrīl meminta gerbang ke langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab, “Ya!”

Lalu, terucaplah (kalimat sambutan),“Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”

Maka, terbukalah (gerbang langit itu) untuk mereka berdua.

Saat Nabi saw. dan Jibrīl tiba, tampaklah Hārūn as. Separuh jenggotnya berwarna putih dan separuhnya lagi berwarna hitam (yang, menurut satu riwayat, warna jenggotnya itu disebabkan oleh jambakan Mūsā as. saat ia marah kepadanya). Jenggot itu menjuntai hingga hampir mencapai pusar karena panjangnya.

Di sekeliling Hārūn as., ada sekelompok orang dari Bani Isrāīl. Ia sedang mengisahkan (bangsa-bangsa terdahulu) kepada mereka.

Nabi saw. mengucapkan salam kepada Hārūn as. Ia membalas salam itu, lalu berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.” Ia, kemudian, mendo’akan kebaikan untuk beliau.

Nabi saw. bertanya, “Siapakah ini, wahai Jibrīl?”. Jibrīl menjawab, “Inilah seorang pria yang sangat dicintai di kalangan kaumnya, yaitu Hārūn Ibn Imrān.”

(Bersambung ke Bagian 15)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/04/02/dardir-14/


 

Setiap Kamis, Selepas Salat Maghrib


Kegiatan rutin seluruh sivitas Pesantren Daarul Uluum, setiap Kamis, selepas salat Maghrib.Sambil menanti tibanya waktu ‘Īsyā, bersama-sama berkirim surat Al-Fātihah untuk para almarhum orangtua, guru, dan keluarga. Dilanjut dengan membaca jantungnya Alquran, yaitu surat Yāsin. Kemudian diakhiri dengan melantunkan tahlil, dzikir dan do’a.

Semoga Allāh SWT mengabulkan segala do’a dan harapan.

Āmīn yā Allāh, yā rabbal ‘ālamīn.


 

Isrā’ dan Mi’rāj 13

LANGIT KEEMPAT

Nabi saw., kemudian, naik ke langit keempat (yang terbuat dari tembaga). Jibrīl meminta gerbang ke langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab: “Ya!”

Lalu, terucaplah (kalimat sambutan), “Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”

Maka, terbukalah (gerbang langit itu) untuk mereka berdua.

Saat Nabi saw. dan Jibrīl tiba, tampaklah Idrīs as. yang telah diangkat Allah ke satu tempat mulia (dalam keadaan masih hidup).

Nabi saw. mengucapkan salam kepada Idrīs as. Ia membalas salam itu, lalu berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.” Ia, kemudian, mendo’akan kebaikan untuk beliau.

(Bersambung ke Bagian 14)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/04/02/dardir-13/


 

Lets Come and Join Us!


SAATNYA PESANTREN MENJADI PILIHAN, SAATNYA MENJADI SANTRI YANG MEMBANGGAKAN

 

Ayo, modok di Pesantren Daarul Uluum, Kampus 2 Nagrak, Kabupaten Bogor. Masa pendaftaran dimulai tanggal 1 Maret 2020, dan kuota terbatas untuk 120 calon santri yang telah memenuhi syarat dan ketentuan pendaftaran.


 

Isrā’ dan Mi’rāj 12

LANGIT KETIGA

Nabi saw., kemudian, naik ke langit ketiga (yang terbuat dari besi murni). Jibrīl meminta gerbang ke langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibríl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab, “Ya!”

Lalu, terucaplah (kalimat sambutan), “Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”

Maka, terbukalah (gerbang langit itu) untuk mereka berdua.

Ketika Nabi saw. dan Jibrīl tiba, tampaklah Yūsuf as. bersama sekelompok orang dari kaumnya.

Nabi saw. mengucapkan salam kepada Yūsuf as. Ia membalas salam itu, lalu berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.” Ia, kemudian, mendo’akan kebaikan untuk beliau.

Yūsuf as. adalah manusia yang telah dianugerahi separuh keindahan (tubuh dan paras Nabi Muhammad saw. Dikatakan demikian karena Nabi Muhammad saw. berada dalam penjagaan penuh Allah swt sejak beliau kanak-kanak sampai dewasa. Dengan penjagaan penuh itu, tidak ada seorangpun yang dapat secara utuh menatap sempurnanya keindahan beliau. Karena itu, beliaupun terhindar dari fitnah. Berbeda halnya dengan Yūsuf as. yang pada sebagian usianya hidup sebagaimana lazimnya orang lain. Fitnah karena sebab keindahan tubuh dan parasnya pernah terjadi).

Menurut sebuah riwayat, Yūsuf as. adalah (manusia) terindah yang Allah ciptakan. (Keindahannya) betul-betul mengungguli (seluruh) manusia sebagaimana (unggulnya keindahan) rembulan di malam purnama atas seluruh bintang (di sekitarnya).

Nabi saw. bertanya, “Siapakah ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Dialah Yūsuf, saudaramu.”

(Bersambung ke Bagian 13)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/30/dardir-12/



 

Wajah Santri dalam Aktifitas di Hari Jum’at

 


Hari Jum’at, hari libur dari aktifitas belajar mengajar formal. Para santri tetap mengisi kegiatan dengan aktifitas yang menyenangkan, mengasyikan, dan suka gembira untuk berkreasi dan berekspresi. Namun tetap khusu dan berusaha agar waktu dapat berlalu dan dihabiskan untuk melakukan hal yang bermanfaat.


 

Isrā’ dan Mi’rāj 11

LANGIT KEDUA

Nabi saw., kemudian, naik ke langit kedua (yang terbuat dari zamrud putih). Jibrīl meminta gerbang langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab, “Ya!”

Lalu, terucaplah (kalimat sambutan), “Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”

Maka, terbukalah (gerbang langit itu) untuk mereka berdua.

Ketika Nabi saw. dan Jibrīl tiba, tampak dua orang (yang merupakan) anak bibi mereka masing-masing, yaitu ‘Īsā Ibn Maryam dan Yahyā Ibn Zakariā.

(ibu kandung Maryam, yaitu Hanāt, adalah saudara ibu kandung Yahyā as. Ayah Yahyā as, yaitu Zakariā as, menjadi pengasuh Maryam ketika ayahnya, yaitu Imrān, sang tokoh besar saat itu, meninggal dunia. Di langit kedua itu, Īsā as dan Yahyā as terlihat duduk bersama di sebuah balai indah berhiaskan batu-batu yaqūt. Wujud keduanya tidak berbeda dengan wujud asli mereka saat masih hidup di dunia).

Pakaian dan rambut ‘Īsā as. dan Yahyā as. sangatlah mirip. Bersama mereka berdua, ada sekelompok orang dari kaum mereka masing-masing.

‘Īsā as. berpostur tubuh sedang, (dengan kulit) cenderung berwarna merah keputihan, serta berambut lurus-klimis laksana ia baru keluar dari jamban atau kamar mandi. ‘Urwah Ibn Mas’ūd ast-Tsaqafī (salah seorang sahabat Nabi saw. tokoh Bani Tsaqīfah, yang masuk islam setelah Ekspedisi Tsaqīf) sangat menyerupainya.

Nabi saw. mengucapkan salam kepada ‘Īsā as. dan Yahyā as.. Keduanya membalas salam itu, lalu berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.” Keduanya, kemudian, mendo’akan kebaikan untuk beliau.

(Bersambung ke Bagian 12)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/28/dardir-11/


 

Isrā’ dan Mi’rāj 10

LANGIT PERTAMA

Naiklah Nabi saw. dan Jibrīl (melalui “Mi’rāj” itu) hingga tibalah keduanya di salah satu gerbang dari gerbang-gerbang langit dunia yang disebut dengan Bāb al-Hafazhah.

Di sana, ada seorang malaikat bernama Isma’īl. Dia adalah penjaga langit dunia (dari syetan-syetan yang berusaha mencuri dengar berita-berita langit).

Isma’īl menghuni angkasa. Ia tak pernah naik ke langit dan tak pernah turun ke bumi, kecuali (sekali, yaitu) di hari wafatnya Nabi saw.

Dalam kendali Isma’īl, ada (tentara penjaga berjumlah) tujuh puluh ribu malaikat dan dalam kendali masing-masing tentara malaikat itu ada lagi (tentara penjaga yang masing-masing berjumlah) tujuh puluh ribu malaikat pula.

Jibrīl meminta gerbang langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab, “Ya!”

Lalu, terucaplah (kalimat sambutan), “Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”

Maka, terbukalah (gerbang langit dunia itu) untuk mereka berdua.

Setelah Nabi saw. dan Jibrīl tiba, ada Ādam as. di sana. Dialah leluhur umat manusia (yang tampak) dalam keadaan dan bentuk tubuh seperti saat Allah (dahulu) menciptakannya (yaitu berkulit putih kemerahan, rupawan, dan elok. Tinggi tubuhnya enam puluh hasta, yaitu sekitar 45,72 cm x 60 = 27,43.2 m, dan lebar tubuhnya tujuh hasta, yaitu sekitar 45,72 cm x 7 = 3,20 m).

Ke hadapan Adam as., ruh-ruh nab-nabi dan keturunannya yang beriman dikumpulkan, lalu ia berkata, “(Inilah) ruh yang suci dan jiwa yang suci. Tempatkanlah mereka oleh kalian di Surga ‘Illiyyīn.”

Kemudian, ke hadapan Ādam as., ruh-ruh keturunannya yang kafir dikumpulkan pula, lalu ia berkata, “(Inilah) ruh yang kotor dan jiwa yang kotor. Tempatkanlah mereka oleh kalian di Neraka Sijjīn.”

Di sebelah kanan Ādam as, ada sekelompok orang dan sebuah gerbang yang darinya berhembus aroma wangi. Di sebelah kirinya, ada sekelompok orang dan sebuah gerbang yang darinya berhembus aroma busuk lagi menyengat.

Jika Ādam as. menatap ke sebelah kanannya, ia tertawa dan ceria. Namun, jika ia menatap ke sebelahnya, ia bersedih dan menangis.

Nabi saw. pun mengucapkan salam kepada Ådam as. Ia menjawab salam itu, lalu berkata, “Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.”

Nabi saw. bertanya, “Siapakah ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Inilah Ādam, leluhurmu. Orang-orang ini adalah keturunannya.”

Mereka yang ada di sebelah kanan adalah penghuni surga dan mereka yang ada di sebelah kiri adalah penghuni neraka.

Jika Ādam menatap ke sebelah kanan, ia tertawa dan ceria. Namun, jika Ādam menatap ke sebelah kiri, ia bersedih dan menangis.

Adapun gerbang ini, yang ada di sebelah kanan, adalah gerbang surga. Jika Ādam melihat seseorang dari keturunannya masuk ke gerbang ini, ia tertawa dan ceria.

Sedangkan gerbang ini, yang ada di sebelah kiri, adalah gerbang neraka. Jika Ādam melihat seseorang dari keturunannya masuk ke gerbang ini, ia menangis dan bersedih.

Nabi saw., kemudian, segera berlalu (meninggalkan Ādam as).

Nabi saw., kemudian, melihat pemakan-pemakan riba dan harta anak yatim, pezina-pezina, dan pelaku-pelaku keburukan lainnya dalam keadaan yang sangat menggidikkan, seperti telah tampak (sebelumnya, yaitu bahwa beliau melihat, antara lain, perut pemakan riba membuncit hingga sebesar rumah dan penyebar-penyebar fitnah memotong-motong daging tubuh mereka sendiri, lalu saling melahapnya). Beliau pun menggegaskan diri.

(Bersambung ke Bagian 11)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/30/dardir-10/


 

Isrā’ dan Mi’rāj 09

MI’RĀJ

Kemudian, dihadirkanlah “Mi’rāj” (ke hadapan Nabi saw., yaitu suatu “alat yang digunakan untuk naik.”). Melaluinya, ruh-ruh keturunan Ādam (yang beriman) naik (ke surga).

Tidak ada makhluk-makhluk yang pernah melihat sesuatu yang lebih indah dari “Mi’rāj” itu. Ia memiliki pijakan dari emas dan pijakan dari perak.

(Jumlah pijakan “Mi’rāj”, menurut satu riwayat, adalah sepuluh: tujuh pijakan mengarah ke tujuh langit, pijakan kedelapan mengarah ke Sidrah al-Muntahā, pijakan kesembilan mengarah ke Sharīf al-Aqlām, dan pijakan kesepuluh mengarah ke ‘Arsy).

“Mi’rāj” berasal dari Surga Firdaus. Ia berhiaskan mutiara. Di sebelah kanannya ada malaikat-malaikat (yang menjaga) dan di sebelah kirinya ada malaikat-malaikat (yang menjaga).

(Bersambung ke Bagian 10)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/26/dardir-09/