LANGIT KEEMPAT
Nabi saw., kemudian, naik ke langit keempat (yang terbuat dari tembaga). Jibrīl meminta gerbang ke langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab: “Ya!”
Lalu, terucaplah (kalimat sambutan), “Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”
Maka, terbukalah (gerbang langit itu) untuk mereka berdua.
Saat Nabi saw. dan Jibrīl tiba, tampaklah Idrīs as. yang telah diangkat Allah ke satu tempat mulia (dalam keadaan masih hidup).
Nabi saw. mengucapkan salam kepada Idrīs as. Ia membalas salam itu, lalu berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.” Ia, kemudian, mendo’akan kebaikan untuk beliau.
(Bersambung ke Bagian 14)
QISHSHAH AL-MI’RĀJ
Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.
RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR
* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/04/02/dardir-13/