PENGURANGAN BILANGAN SHALAT
Nabi saw. bertemu kembali dengan Ibrāhīm as.. Ia tak berkomentar apapun.
Nabi saw., kemudian, bertemu kembali dengan Mūsā as. Beliau menyapa, “Ah, engkau, sebaik-baik sahabat.” Mūsā as. menjawab, “Apa yang engkau dapat, Wahai Muhammad? Apa yang telah diwajibkan Tuhan Pemeliharamu kepadamu dan kepada umatmu?” Nabi saw. menjawab, “Allah mewajibkan atasku dan atas umatku shalat lima puluh kali dalam sehari semalam.”
Mūsā as. berkata, “Kembalilah kepada Tuhan Pemeliharamu. Mohonlah dari-Nya keringanan untukmu dan untuk umatmu. Sungguh! Umatmu takkan mampu melaksanakannya. Sungguh! Aku pernah menyampaikan kepada manusia sebelum kamu juga menyampaikan kepada Bani Isrāīl dan mewajibkan mereka melaksanakan suatu yang lebih ringan dari ini (yaitu shalat lima puluh kali sehari semalam), namun mereka lemah dan meninggalkannya. Apalagi umatmu bertubuh, berbadan, berhati, berpenglihatan, dan berpendengaran lebih lemah (dari mereka).”
Nabi saw. menoleh kepada Jibrīl, meminta petunjuknya. Jibrīl memberi isyarat kepada beliau, “Silahkan! Jika engkau menginginkannya, maka kembalilah (kepada Tuhan Pemeliharamu).”
Maka, Nabi saw. segera kembali (menghadap Allah Tuhan Pemeliharanya) hingga tiba di pohon (Sidrah al-Muntahā). Kabut menyelubungi beliau. Beliau bersungkur sujud, lalu memohon, “(Wahai Allah) Tuhan Pemeliharaku, ringankanlah (kewajiban shalat itu) untuk umatku. Mereka, sungguh, adalah selemah-lemahnya umat.” Allah berfirman, “Aku kurangi dari (shalat yang diwajibkan atas) mereka itu lima (kali).”
Kabut, kemudian, lenyap. Nabi saw. kembali ke (tempat di mana) Mūsā as. (berada), lalu berkata, “Allah telah mengurangkan (kewajiban shalat) atasku lima (kali).” Mūsā as. berkata, “Kembalilah (lagi) kepada Tuhan Pemeliharamu. Mohonlah dari-Nya keringanan. Sungguh, umatmu tidak akan mampu melaksanakannya.”
(Demikianlah), setiap kali Nabi saw. hilir mudik antara Mūsā as. dan (Allah) Tuhan Pemeliharanya, (kewajiban shalat) atas beliau berkurang lima (kali) demi lima (kali).
Allah pun berfirman, “Wahai Muhammad!” Beliau menjawab, “Kusambut dan kupenuhi panggilan-Mu, (Wahai Allah).”
Allah berfirman, “Inilah (kewajiban) shalat lima kali sehari semalam. Setiap shalat berganjar sepuluh kali (lipat). Maka, itu (bernilai sama dengan) lima puluh kali sehingga tidak berubahlah perkataan-Ku (bahwa shalat diwajibkan atasmu dan umatmu sebanyak lima puluh kali sehari semalam), tidak pula terhapus ketentuan-Ku (bahwa shalat diwajibkan atasmu dan umatmu sebanyak lima puluh kali sehari semalam). Maka, barangsiapa berniat (melakukan) suatu kebajikan (dengan mendirikan shalat), lalu ia tidak melaksanakannya, maka dicatatlah atasnya (pahala satu) kebajikan. Namun, jika ia melaksanakannya, maka dicatatlah atasnya (pahala) sepuluh (kebaikan). Dan, barangsiapa berniat (melakukan) keburukan (dengan meninggalkan shalat), lalu ia tidak melaksanakannya, maka ia tidak dicatat (melakukan keburukan) sedikitpun. Namun, jika ia melaksanakannya, maka ia dicatat melakukan satu keburukan.”
Kabut, kemudian, lenyap. Nabi saw. turun hingga tiba (kembali) di (tempat di mana) Mūsā as. (berada).
Mūsā as. berkata, “Kembalilah kepada Tuhan Pemeliharamu. Mohonlah dari-Nya keringanan. Sungguh, umatmu tidak akan mampu melaksanakannya.” Beliau menjawab, “Aku telah kembali kepada Tuhan Pemeliharaku (berkali-kali) hingga aku malu dari-Nya. Tetapi, (kali ini) aku ridha dan aku pasrah.”
Lalu, seseorang berseru, “Telah kutetapkan kewajiban (dari)-Ku dan telah kuringankan hamba-Ku (atas kewajiban itu).”
Maka, Mūsā as. berkata, “Turunlah (sekarang) engkau (kembali ke dunia) dengan Nama Allah.”
(Bersambung ke Bagian 24)
QISHSHAH AL-MI’RĀJ
Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.
RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR
* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/05/20/dardir-23/