Isrā’ dan Mi’rāj 06

BERBAGAI PENAMPAKAN

(1)

Nabi saw., kemudian, bertemu dengan sekelompok orang yang kepala-kepalanya sedang dihantami (dengan batu sampai hancur). Setiap kali terhantam (hancur), (kepala-kepala mereka itu) kembali (utuh) seperti sedia kala. Tidak ada sesuatu pun yang dapat membebaskan mereka dari siksaan itu.

Nabi saw. bertanya, “Wahai Jibrīl, siapakah mereka?” Jibrīl menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang kepala-kepalanya berat untuk melaksanakan shalat wajib.”

(2)

Nabi saw., kemudian, bertemu dengan sekelompok orang yang di kelamin-kelaminnya tertancap penyumpal dan di dubur-duburnya tertancap penyumpal pula.

Orang-orang itu merangkak seperti unta dan domba, lalu melahap pohon dharī’ (yaitu pohon berduri, kotor, dan berbau busuk sehingga hewan-hewan pun menjauhinya), melahap buah zaqūm (yaitu buah-buahan yang rasa haus dan lapar, justru, akan menghebat jika seseorang memakannya, dan –menurut al-Ajhūrī– berasal dari pohon yang berada di neraka yang penghuninya pun enggan memakannya), dan melahap batu-batu serta kerikil-kerikil membara (yang berasal dari neraka) Jahannam.

Nabi saw. bertanya, “Siapakah mereka, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak menunaikan sedekah (yang diwajibkan) atas hartanya. (Ingatlah!) Allah tidak pernah menzalimi mereka sedikitpun!”

(3)

Nabi saw., kemudian, bertemu dengan sekelompok orang yang, di hadapan mereka, ada (hidangan) daging yang masih baik di atas sebuah nampan dan ada seonggok daging lain yang mentah dan busuk. Mereka memakan (onggokan daging) yang mentah dan busuk itu, lalu menyingkirkan (hidangan daging) yang masih baik dan lezat.

Nabi saw. bertanya, “Apakah (yang sedang kusaksikan) ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Inilah seorang pria dari umatmu yang memiliki istri yang halal dan sah, namun ia mendatangi wanita lain yang tidak sah, lalu tidur bermalam dengannya sampai pagi. (Ini pun adalah) seorang wanita (dari umatmu) yang dimiliki suaminya secara halal dan sah, namun ia mendatangi pria lain yang tidak halal, lalu tidur bermalam dengannya sampai pagi.”

(4)

Nabi saw., kemudian, bertemu dengan sebatang kayu (yang melintang) di jalan. Tidak ada selembar baju atau apapun (yang dikenakan seseorang) yang melewati, kecuali dirobeknya.

Nabi saw. bertanya, “Apakah (yang sedang kulihat) ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Ini adalah perumpamaan sekelompok orang dari umatmu yang duduk-duduk di jalan sehingga mereka pun menyumbatnya (yang, karena itu, orang-orang pun tidak dapat melintas).”

Jibrīl, kemudian, membaca, “Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan (menuju kebaikan dunia dan akhirat, dengan maksud) menakut-nakuti dan menghalang-halangi (siapa) yang beriman dari jalan Allah.” (al-A’raf, 7:86).

(5)

Nabi saw., kemudian, melihat seorang pria yang sedang berenang di sebuah sungai darah seraya dilempari batu-batu.

Nabi saw. bertanya, “Apakah (yang sedang kulihat) ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab: “Dia adalah seorang pemakan riba.”

(6)

Nabi saw., kemudian, bertemu dengan seorang pria yang telah mengumpulkan setumpuk kayu bakar. Pria itu tak mampu memikul tumpukan kayu bakar itu, namun ia (malah) menambah (kayu bakar lain) ke tumpukannya.

Nabi saw. bertanya, “Apakah (yang sedang kutemui) ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Dia adalah seorang pria dari umatmu yang mendapat banyak amanat dari orang lain. Ia tak mampu menunaikannya. Namun, ia selalu menginginkannya.”

(Bersambung ke Bagian 07)


QISHSHAH AL-MI’RĀJ

Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.

RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR

* Sumber Tulisan: https://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/23/dardir-06/


 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *