(7)
Nabi saw., kemudian, bertemu dengan sekelompok orang yang lidah-lidah dan bibir-bibir mereka sedang dipotong dengan gunting-gunting besi. Setiap kali terpotong, (lidah dan bibir mereka itu) kembali (utuh) seperti sedia kala. Tidak ada (seorang atau suatu apapun) yang dapat menghindarkan mereka (dari siksaan itu).
Nabi saw. bertanya, “Siapakah mereka, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Mereka semua adalah pekhutbah-pekhutbah yang menyebarkan tipu daya, yaitu pekhutbah-pekhutbah dari umatmu yang menyampaikan apa yang mereka sendiri tidak melaksanakannya.”
(8)
Nabi saw., kemudian, melewati sekelompok orang yang (jari-jari tangan mereka) memiliki kuku-kuku tembaga. Dengan kuku-kuku tembaga itu, mereka menyakari wajah-wajah dan dada-dada mereka sendiri (hingga robek).
Nabi saw. bertanya, “Siapakah mereka, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging sesama manusia dan menghancurkan kehormatan mereka (dengan cara menyebarkan aib dan keburukan).”
(9)
Nabi saw., kemudian, melihat sebuah lubang kecil yang darinya keluar seekor sapi jantan yang sangat besar. Sapi itu ingin kembali ke lubang dari mana ia keluar, namun ia tidak dapat (melakukannya).
Nabi saw. bertanya, “Apakah (yang sedang kulihat) ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Ini adalah seorang pria dari umatmu yang mengucapkan suatu kata yang (mengakibatkan terjadinya suatu bencana) sangat besar. Ia menyesali ucapannya itu, namun ia tidak dapat menariknya kembali.”
(10)
Saat Nabi saw. sedang melaju, ada seseorang, tiba-tiba, memanggil beliau dari sebelah kanan: “Wahai Muhammad, lihatlah aku! Kumohon!”
Nabi saw. tidak menjawab panggilan itu. Beliau bertanya, “Apakah (yang memanggilku) ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Ini adalah (panggilan) seorang penyeru Yahudi. Adapun engkau, jika engkau menjawab (panggilan)nya, maka umatmu benar-benar akan menjadi (penganut agama) Yahudi.”
(11)
Kemudian, saat Nabi saw. (kembali) melaju, ada seseorang, tiba-tiba, memanggil beliau dari sebelah kiri, “Wahai Muhammad, lihatlah aku! Kumohon!”
Nabi saw. tidak menjawab panggilan itu. Beliau bertanya, “Apakah (yang memanggilku) ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Ini adalah (panggilan) seorang penyeru Nashrani. Adapun engkau, jika engkau menjawab (panggilan)nya, maka umatmu benar-benar akan menjadi (penganut agama) Nashrani.”
(12)
Kemudian, saat Nabi saw. (kembali) melaju, muncullah, tiba-tiba, sesosok wanita yang kedua lengannya terbuka. Tubuhnya dihiasi dengan aneka perhiasan yang diciptakan Allah swt. Wanita itu berkata, “Wahai Muhammad, tataplah aku! Kumohon!”
Nabi saw. tidak sedikipun menoleh (baik kepala, mata, atau hati) ke arah wanita itu. Beliau bertanya, “Siapakah ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Dialah dunia. Adapun engkau, jika engkau menjawab (sapaan)nya, maka umatmu niscaya lebih memilih dunia daripada akhirat.”
(13)
Kemudian, pada saat Nabi saw. (kembali) melaju, muncullah, tiba-tiba, sesosok kakek yang memanggil beliau di jalan, seraya menyapa, “Kemarilah, wahai Muhammad!” Jibrīl menukas, “Tetaplah melaju, wahai Muhammad!” Beliau bertanya, “Siapakah ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Inilah Iblis, si musuh Allah. Dia ingin engkau ikut dengannya!”
(14)
Nabi saw. telah melaju (kembali) ketika muncul sesosok nenek jompo di tepi jalan. Ia memanggil beliau, “Wahai Muhammad, lihatlah aku! Kumohon!”
Nabi saw. tidak sedikitpun menoleh ke arah nenek jompo itu. Beliau bertanya, “Siapakah ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Sungguh, dia adalah (gambaran bahwa) umur dunia tidak lagi bersisa kecuali (seperti) sisa umur nenek jompo ini.”
(Bersambung ke Bagian 08)
QISHSHAH AL-MI’RĀJ
Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.
RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR
* Sumber Tulisan: https://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/24/dardir-07/