LANGIT PERTAMA
Naiklah Nabi saw. dan Jibrīl (melalui “Mi’rāj” itu) hingga tibalah keduanya di salah satu gerbang dari gerbang-gerbang langit dunia yang disebut dengan Bāb al-Hafazhah.
Di sana, ada seorang malaikat bernama Isma’īl. Dia adalah penjaga langit dunia (dari syetan-syetan yang berusaha mencuri dengar berita-berita langit).
Isma’īl menghuni angkasa. Ia tak pernah naik ke langit dan tak pernah turun ke bumi, kecuali (sekali, yaitu) di hari wafatnya Nabi saw.
Dalam kendali Isma’īl, ada (tentara penjaga berjumlah) tujuh puluh ribu malaikat dan dalam kendali masing-masing tentara malaikat itu ada lagi (tentara penjaga yang masing-masing berjumlah) tujuh puluh ribu malaikat pula.
Jibrīl meminta gerbang langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab, “Ya!”
Lalu, terucaplah (kalimat sambutan), “Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”
Maka, terbukalah (gerbang langit dunia itu) untuk mereka berdua.
Setelah Nabi saw. dan Jibrīl tiba, ada Ādam as. di sana. Dialah leluhur umat manusia (yang tampak) dalam keadaan dan bentuk tubuh seperti saat Allah (dahulu) menciptakannya (yaitu berkulit putih kemerahan, rupawan, dan elok. Tinggi tubuhnya enam puluh hasta, yaitu sekitar 45,72 cm x 60 = 27,43.2 m, dan lebar tubuhnya tujuh hasta, yaitu sekitar 45,72 cm x 7 = 3,20 m).
Ke hadapan Adam as., ruh-ruh nab-nabi dan keturunannya yang beriman dikumpulkan, lalu ia berkata, “(Inilah) ruh yang suci dan jiwa yang suci. Tempatkanlah mereka oleh kalian di Surga ‘Illiyyīn.”
Kemudian, ke hadapan Ādam as., ruh-ruh keturunannya yang kafir dikumpulkan pula, lalu ia berkata, “(Inilah) ruh yang kotor dan jiwa yang kotor. Tempatkanlah mereka oleh kalian di Neraka Sijjīn.”
Di sebelah kanan Ādam as, ada sekelompok orang dan sebuah gerbang yang darinya berhembus aroma wangi. Di sebelah kirinya, ada sekelompok orang dan sebuah gerbang yang darinya berhembus aroma busuk lagi menyengat.
Jika Ādam as. menatap ke sebelah kanannya, ia tertawa dan ceria. Namun, jika ia menatap ke sebelahnya, ia bersedih dan menangis.
Nabi saw. pun mengucapkan salam kepada Ådam as. Ia menjawab salam itu, lalu berkata, “Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.”
Nabi saw. bertanya, “Siapakah ini, wahai Jibrīl?” Jibrīl menjawab, “Inilah Ādam, leluhurmu. Orang-orang ini adalah keturunannya.”
Mereka yang ada di sebelah kanan adalah penghuni surga dan mereka yang ada di sebelah kiri adalah penghuni neraka.
Jika Ādam menatap ke sebelah kanan, ia tertawa dan ceria. Namun, jika Ādam menatap ke sebelah kiri, ia bersedih dan menangis.
Adapun gerbang ini, yang ada di sebelah kanan, adalah gerbang surga. Jika Ādam melihat seseorang dari keturunannya masuk ke gerbang ini, ia tertawa dan ceria.
Sedangkan gerbang ini, yang ada di sebelah kiri, adalah gerbang neraka. Jika Ādam melihat seseorang dari keturunannya masuk ke gerbang ini, ia menangis dan bersedih.
Nabi saw., kemudian, segera berlalu (meninggalkan Ādam as).
Nabi saw., kemudian, melihat pemakan-pemakan riba dan harta anak yatim, pezina-pezina, dan pelaku-pelaku keburukan lainnya dalam keadaan yang sangat menggidikkan, seperti telah tampak (sebelumnya, yaitu bahwa beliau melihat, antara lain, perut pemakan riba membuncit hingga sebesar rumah dan penyebar-penyebar fitnah memotong-motong daging tubuh mereka sendiri, lalu saling melahapnya). Beliau pun menggegaskan diri.
(Bersambung ke Bagian 11)
QISHSHAH AL-MI’RĀJ
Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.
RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR
* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/30/dardir-10/