LANGIT KELIMA
Nabi saw., kemudian, naik ke langit kelima (yang terbuat dari emas). Jibrīl meminta gerbang ke langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab, “Ya!”
Lalu, terucaplah (kalimat sambutan),“Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”
Maka, terbukalah (gerbang langit itu) untuk mereka berdua.
Saat Nabi saw. dan Jibrīl tiba, tampaklah Hārūn as. Separuh jenggotnya berwarna putih dan separuhnya lagi berwarna hitam (yang, menurut satu riwayat, warna jenggotnya itu disebabkan oleh jambakan Mūsā as. saat ia marah kepadanya). Jenggot itu menjuntai hingga hampir mencapai pusar karena panjangnya.
Di sekeliling Hārūn as., ada sekelompok orang dari Bani Isrāīl. Ia sedang mengisahkan (bangsa-bangsa terdahulu) kepada mereka.
Nabi saw. mengucapkan salam kepada Hārūn as. Ia membalas salam itu, lalu berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.” Ia, kemudian, mendo’akan kebaikan untuk beliau.
Nabi saw. bertanya, “Siapakah ini, wahai Jibrīl?”. Jibrīl menjawab, “Inilah seorang pria yang sangat dicintai di kalangan kaumnya, yaitu Hārūn Ibn Imrān.”
(Bersambung ke Bagian 15)
QISHSHAH AL-MI’RĀJ
Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.
RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR
* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/04/02/dardir-14/