Isrā’ dan Mi’rāj 27

IKHTISAR

Isrā adalah sesuatu yang gugur iman seseorang jika ia tidak meyakini kejadiannya. Para ulama sepakat dalam masalah ini karena tegasnya Allah menyatakan kejadiannya dalam surat al-Isrā ayat 1.

Adapun tentang Mi’rāj, banyak ulama menilai bahwa kejadiannya disebutkan Allah dalam surat An-Najm, ayat 5-18. Namun, segelintir ulama lain menilai bahwa surat dan ayat tersebut tidak berbicara tentang Mi’rāj. Karena itu, mereka tidak menilai kafir orang yang tidak meyakininya, tetapi “hanya” menilainya berdosa. 

Perlu diingat bahwa riwayat-riwayat berkaitan dengan Isrā dan Mi’rāj sangatlah banyak, beraneka ragam, dan bercampur antara yang shahih dan yang tidak shahih. Diperlukan penelitian mendalam para pakar hadits untuk memilahnya. Kita dapat membatasi rincian tentang Isrā dan Mi’rāj dengan menggunakan dua sumber yang paling terpercaya, yaitu Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

Berkaitan dengan Isrā, Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika aku didustakan oleh masyarakat Quraisy (Mekkah), aku berdiri di depan al-Hijr (Ka’bah), lalu Allah menampakkan kepadaku Baitul Maqdis. Maka aku meyampaikan kepada mereka (keadaannya) sebagaimana kulihat.”

Adapun berkaitan dengan Mi’rāj, pokok-pokok riwayat Bukhari dan Muslim adalah sebagai berikut:

  1. Pembedahan dan penyucian hati Nabi saw. dan pemenuhannya dengan iman.
  2. Disiapkannya untuk beliau sebuah kendaraan yang lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari baghal bernama Burāq yang langkahnya sejauh matanya memandang.
  3. Jibril mengantar beliau dengan kendaraan itu dari langit pertama sampai langit ketujuh.
  4. Beliau bertemu dengan Nabi Ādam as. di langit ke-1, Nabi Yahyā as. dan ‘Īsā as. di langit ke-2, Nabi Yūsuf as. di langit ke-3, Nabi Idrīs as. di langit ke-4, Nabi Hārūn as. di langit ke-5, Nabi Mūsā as. di langit ke-6, dan Nabi Ibrāhīm as. di langit ke-7.
  5. Beliau diantar Jibril ke Sidrah al-Muntahā. Di sana terdapat 4 sungai: 2 diantaranya sungai Nil dan Eufrat dan 2 lainnya sungai surgawi.
  6. Setelah itu, beliau menuju ke al-Bait al-Ma’mūr. Lalu, seperti sabda Nabi saw., “Aku diberi pilihan tiga gelas berisi khamr, susu, dan madu. Maka kupilih susu.” Jibril pun berkata: “Inilah fitrah yang diwajibkan kepadamu dan kepada umatmu.”
  7. Turunnya kewajiban shalat 50 kali sehari semalam. Dalam perjalanan pulang, beliau bertemu kembali dengan Mūsā as. yang kemudian menyarankannya memohon keringanan kepada Allah atas kewajiban itu. Nabi saw. menjalankan saran itu, memohon keringanan shalat. Allah mengabulkannya dengan mengurangi jumlah shalat menjadi 45 kali. Mūsā as. kembali menyarankan beliau memohonan keringanan. Demikianlah Nabi saw. berkali-kali menjalankan saran itu sehingga jumlah shalat pun menjadi 5 kali. Mūsā as. masih memberi saran yang sama, namun beliau menjawab, “Aku telah memohon kepada Allah berkali-kali sehingga malu. Aku rela menerima itu.” Ketika dalam perjalanan pulang, beliau mendengar suara yang menyatakan: “Telah Kutetapkan kewajiban yang Kubebankan dan telah kuringankan buat hamba-hamba-Ku.”

Selain apa yang tersebut di atas, banyak riwayat yang menginformasikan rincian lain kejadian ini, baik pada saat perjalanan Isrā maupun Mi’rāj. Aneka riwayat itu masih patut diteliti keshahihannya. Dalam perjalanan Isrā, Nabi saw. melihat, menurut aneka riwayat itu, antara lain:

  1. Dunia dan kehidupannya seperti wanita tua yang buruk.
  2. Iblis sebagai seseorang yang menelusuri jalan menyimpang.
  3. Mujahidin sebagai kelompok orang yang menanam dan memetik dalam waktu singkat.
  4. Pada penyulut fitnah sebagai orang-orang yang menggunting lidahnya sendiri.
  5. Pemakan riba berlomba memakan daging busuk dan meninggalkan daging segar.

Sementara itu, dalam perjalanan Mi’rāj, Nabi saw. melihat, masih menurut aneka riwayat itu, antara lain:

  1. Malaikat penjaga neraka bernama Malik tidak tersenyum dan bahwa Jibrik berkata kepada Nabi saw., “Seandainya dia bisa tertawa, niscaya dia akan tertawa kepadamu.”
  2. Baitul al-Ma’mur yang berada di langit ke tujuh dan merupakan ka’bah penduduk langit, didatangi oleh 70 ribu malaikat. Mereka beribadah, lalu meninggalkannya, dan tidak kembali lagi.
  3. Sidratul Muntahaa yang keindahannya tidak terlukiskan dengan kata-kata. Demikian pula surga, neraka, dan ‘arsy (Singgasana Tuhan).

Sekalipun terdapat banyak sekali riwayat yang beraneka ragam tentang Isrā dan Mi’rāj, dengan derajat keshahihan yang berbeda-beda, semua ulama sepakat bahwa saat itulah shalat lima kali sehari semalam disyari’atkan. Sebelumnya shalat hanya diwajibkan dua kali sehari: pagi dan petang.


Disarikan dari Membaca Ulang Sirah Nabi saw. dalam Sorotan al-Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih, oleh Prof. DR. M. Quraish Shihab.

* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2020/03/21/isra-dan-miraj-27/


 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *