LANGIT KEDUA
Nabi saw., kemudian, naik ke langit kedua (yang terbuat dari zamrud putih). Jibrīl meminta gerbang langit dibuka. Ditanyakanlah, “Siapa ini?” Jibrīl menjawab, “Jibrīl.” Ditanyakanlah, “Siapa (yang turut serta) bersamamu itu?” Jibrīl menjawab, “Muhammad.” (Kalimat takjub pun) terucap, “Jadi, dia (Jibrīl) telah diutus kepadanya (untuk menjemput)?” Jibrīl menjawab, “Ya!”
Lalu, terucaplah (kalimat sambutan), “Selamat datang untuknya (Muhammad)! Selamat datang! Semoga Allah menghidupkannya (yaitu memuliakan, mengagungkan, dan memanjangkan hidupnya) sebagai saudara (seiman) dan sebagai wakil Allah (dalam menyampaikan hukum-hukum-Nya). Sebaik-baik saudara, sebaik-baik wakil Allah, dan sebaik-baik pengunjung, telah datang!”
Maka, terbukalah (gerbang langit itu) untuk mereka berdua.
Ketika Nabi saw. dan Jibrīl tiba, tampak dua orang (yang merupakan) anak bibi mereka masing-masing, yaitu ‘Īsā Ibn Maryam dan Yahyā Ibn Zakariā.
(ibu kandung Maryam, yaitu Hanāt, adalah saudara ibu kandung Yahyā as. Ayah Yahyā as, yaitu Zakariā as, menjadi pengasuh Maryam ketika ayahnya, yaitu Imrān, sang tokoh besar saat itu, meninggal dunia. Di langit kedua itu, Īsā as dan Yahyā as terlihat duduk bersama di sebuah balai indah berhiaskan batu-batu yaqūt. Wujud keduanya tidak berbeda dengan wujud asli mereka saat masih hidup di dunia).
Pakaian dan rambut ‘Īsā as. dan Yahyā as. sangatlah mirip. Bersama mereka berdua, ada sekelompok orang dari kaum mereka masing-masing.
‘Īsā as. berpostur tubuh sedang, (dengan kulit) cenderung berwarna merah keputihan, serta berambut lurus-klimis laksana ia baru keluar dari jamban atau kamar mandi. ‘Urwah Ibn Mas’ūd ast-Tsaqafī (salah seorang sahabat Nabi saw. tokoh Bani Tsaqīfah, yang masuk islam setelah Ekspedisi Tsaqīf) sangat menyerupainya.
Nabi saw. mengucapkan salam kepada ‘Īsā as. dan Yahyā as.. Keduanya membalas salam itu, lalu berkata, “Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.” Keduanya, kemudian, mendo’akan kebaikan untuk beliau.
(Bersambung ke Bagian 12)
QISHSHAH AL-MI’RĀJ
Ditulis oleh al-‘Allāmah Najmuddīn al-Ghaythī, diperinci oleh Abī al-Barakāt as-Sayyid Ahmad ad-Dardīr, dan diterjemahkan oleh al-Ustādz Iqbal Harafa.
RAJABAN
DI PESANTREN DAARUL ULUUM BOGOR
BOGOR
* Sumber Tulisan: http://iqbalharafa.daarululuum.co.id/2018/03/28/dardir-11/